KRITIK INTERPRETIF – EVOKATIF ARSITEKTUR PADA MASJID ROUDHOTUL MUCHLISIN JEMBER


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  KRITIK ARSITEKTUR
Kritik adalah masalah penganalisaan dan pengevaluasian sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan.
Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, kritikós – “yang membedakan”, kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuna κριτής, krités, artinya “orang yang memberikan pendapat beralasan” atau “analisis”, “pertimbangan nilai”, “interpretasi”, atau “pengamatan”. Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah

Di dalam arsitektur terdapat berbagai macam kritik arsitektur yaitu ;
1.      Kritik Deskriptif
2.      Kriti Normatif

1.1  METODE KRITIK ARSITEKTUR
1.2.1   Kritik Deskriptif
            Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota. Dimana pendekatan deskriptif ini lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jka kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan. Metode deskriptif ini tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekedar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya. Metoda kritik deskriptif memiliki 3 jenis, antara lain:
A.    Depictive criticism (gambaran bangunan)
Depictive criticism dalam aspek static memfokuskan perhatian pada elemen-elemen bentuk (form), bahan (materials) dan permukaan (texture).
B.     Dynamic (secara verbal)
Tidak seperti aspek statis, aspek dinamis depictive mencoba melihat bagaimana bangunan digunakan bukan dari apa bangunan di buat. Aspek dinamis mengkritisi bangunan melalui : Bagaimana manusia bergerak melalui ruang-ruang sebuah bangunan? Apa yang terjadi disana? Pengalaman apa yang telah dihasilkan dari sebuah lingkungan fisik
C.     Process (secara procedural)
Merupakan satu bentuk depictive criticism yang menginformasikan kepada kita tentang proses bagaimana sebab-sebab lingkungan fisik terjadi seperti itu.
D.    Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
E.     Contextual Criticism (Persitiwa)
Untuk memeberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam imformasi deskriptif, imformasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. Kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia imformasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat.

1.2.2   Kritik Normatif
Kritik normatif ini mempunyai standar nilai berupa; doktrin, sistem, tipe atau ukuran. doktrin bisa jadi sebgai pujian atau sebaliknya,sedangkan sistem bisa menyangkut lebih luas pemaknaannya karena ada saling sangkut paut antara komponen yang satu dengan komponen yang lain. Contoh kritik normatifnya "sistem" versi Vitruvius, dia memandang sebuah bangunan adalah pengubah iklim,pengubah perilaku,pengubah budaya,pengubah sumber daya. Kritik Arsitektur Normatif dibagi dalam beberapa metode, yaitu
A.    Metode Doktrin merupakan metode yang dilihat dari aliran atau nilai-nilai sosial. Contohnya, seperti disaat kita membuat sebuah tema perancangan bentuk arsitektur. Tema tersebut adalah doktrin yang kita buat untuk meyakinkan diri sendiri tentang apa yang ingin kita buat.
B.     Metode Tipikal merupakan metode yang mempunyai uraian urutan secara tersusun. Kebiasaan yang terarah. Contohnya, bangunan rumah tinggal, secara tipikal dimana pun selalu memiliki kamar tidur, ruang keluarga, ruang tamu, ruang makan, dapur, kamar mandi/toilet, dan ruangan lain.
C.     Metode Ukuran merupakan metode dengan ukuran yang dijadikan sebagai patokan untuk menilai namun pada akhirnya kecenderungan relativitas akan lebih berperan. Sifatnya akan berakhir tidak pasti, relatif, sesuai dengan pemahaman yang diinginkan masing-masing. Contohnya, disaat kita membuat denah suatu bangunan biasanya ukuran ruang bangunan tersebut berpatokan pada data arsitek namun pada akhirnya ukuran ruang bangunan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan individu masing-masing.

1.2.3   Kritik Typical
Kritik Tipikal/Kritik Tipical (Typical Criticism) adalah sebuah metode kritik yang termasuk pada kritik Kritik Normatif (Normative Criticism). Kritik Tipikal yaitu metode kritik dengan membandingkan obyek yang dianalisis dengan bangunan sejenis lainnya, dalam hal ini bangunan public.

Adapun elemen dalam kritik typical, antara lain:
1.      Structural (Struktur)
Tipe ini didasarkan atas penilaian terhadap lingkungan berkait dengan penggunaan material dan pola yang sama.
·         Jenis bahan
·         Sistem struktur
·         Sistem Utilitas dan sebagainya.
2.      Function (Fungsi)
Hal ini didasarkan pada pembandingan lingkungan yang didesain untuk aktifitas yang sama. Misalnya sekolah akan dievaluasi dengan keberadaan sekolah lain yang sama.
·         Kebutuhan pada ruang kelas
·         Kebutuhan auditorium
·         Kebutuhan ruang terbuka dsb.
3.      Form ( Bentuk )
Diasumsikan bahwa ada tipe bentuk-bentuk yang eksestensial dan memungkinkan untuk dapat dianggap memadai bagi fungsi yang sama pada bangunan lain. Penilaian secara kritis dapat difocuskan pada cara bagaimana bentuk itu dimodifikasi dan dikembangkan variasinya, Sebagai contoh bagaimana Pantheon telah memberi inspirasi bagi bentuk-bentuk bangunan yang monumental pada masa berikutnya.

A.    Keuntungan Kritik Typical
1.      Desain dapat lebih efisien dan dapat menggantungkan pada tipe tertentu.
2.      Tidak perlu mencari lagi panduan setiap mendesain
3.      Tidak perlu menentukan pilihan-pilihan visi baru lagi.
4.      Dapat mengidentifikasi secara spesifik setiap kasus yang sama
5.      Tidak memerlukan upaya yang membutuhkan konteks lain.
6.      Kerugian Kritik Typical
B.     Kerugian Kritik Typical
1.      Desain hanya didasarkan pada solusi yang minimal
2.      Sangat bergantung pada tipe yang sangat standard
3.      Memiliki ketergantungan yang kuat pada satu type
4.      Tidak memeiliki pemikiran yang segar
5.      Sekadar memproduksi ulang satu pemecahan

1.2.4   Kritik Impresionis
Metode ini cenderung selalu berubah mengikuti perkembangan jaman dimana kritik-kritik yang ada umumnya cenderung mengambil suatu hal positif dari satu bangunan dan menerapkannya pada bangunan lain sebagai salah satu cara bereksplorasi

Kritik impresionistik dapat berbentuk :
1.      Caligramme : Paduan kata membentuk silhouette



2.      Verbal Discourse : Narasi verbal puisi atau prosa
3.      Painting : Lukisan
4.      Photo image : Imagi foto
5.      Modification of Building : Modifikasi bangunan
6.      Cartoon : Fokus pada bagian bangunan sebagai lelucon

A.    Keuntungan Kritik Impresionis
1.      Membuat imajinasi tentang bangunan menjadi lebih bermakna
2.      Merangsang orang untuk melihat lebih dalam ke arah makna dan arti bangunan
3.      Membuat orang untuk melihat karya seni lebih teliti
4.      Mampu meyederhanakan suatu analisis objek yang tadinya terasa kompleks•
5.      Membuat lingkungan lebih mudah dikenali
B.     Kerugian Kritik Impreionis
1.      Kritik seolah tidak berkait dengan arsitektur
2.      Interpretasi menjadi lebih luas dan masuk dalam wilayah bidang ilmu lain
3.      Pesan perbaikan dalam arsitektur tidak tampak secara langsung
4.      Menghasikan satu interpretasi yang bias tentang hakikat arsitektur.

1.2.5   Kritik Interpretif
Kritik Interpretif (Interpretive Criticism) yang berarti adalah sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental, Kritikus pada jenis ini dipandang sebagai pengamat yang professional. Bentuk kritik cenderung subyektif dan bersifat mempengaruhi pandangan orang lain agar sejalan dengan pandangan kritikus tersebut. Dalam penyajiannya menampilkan sesuatu yang baru atau memandang sesuatu bangunan dari sudut pandang lain.kritik interpretatif ada 3 yaitu :
1.      Kritik Evokatif (Evocative) (Kritik yang membangkitkan rasa)
Menggugah pemahaman intelektual atas makna yang dikandung pada suatu bangunan. Sehingga kritik ini tidak mengungkap suatu objek itu benar atau salah melainkan pengungkapan pengalaman perasaan akan ruang. Metode ini bisa disampaikan dalam bentuk naratif (tulisan) dan fotografis (gambar).
2.      Kritik Advokatif (Advocatory) (Kritik yang membela, memposisikan diri seolah-olah kita adalah arsitek tersebut.)
Kritik dalam bentuk penghakiman dan mencoba mengarahkan pada suatu topik yang dipandang perlu. Namun bertentangan dalam hal itu kritikus juga membantu melihat manfaat yang telah dihasilkan oleh arsitek sehingga dapat membalikkan dari objek bangunan yang sangat menjemukan menjadi bangunan yang mempersona.
3.      Kritik Impresionis (Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru).
Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.

A.    Kritik impresionis dapat berbentuk :
·         Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
·         Caligramme (paduan kata)
·         Painting (lukisan)
·         Photo image (imagi foto)
·         Modification of building (Modifikasi bangunan)
·         Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).

1.2.6   Kritik Terukur
Kritik terukur menyatakan satu penggunaan bilangan atau angka hasil berbagai macam observasi sebagai cara menganalisa bangunan melalui hukum-hukum matematika tertentu. Norma yang terukur digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini merupakan satu bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam yang diformulasikan untuk tujuan kendali rancangan arsitektural.
·         Pengolahan melalui statistik atau teknik lain secara matematis dapat mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi arsitektur.
·         Perbedaan dari kritik normatif yang lain adalah terletak pada metode yang digunakan yang berupa standardisasi desain yang sangat kuantitatif dan terukur secara amtematis.
·         Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
·         Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
1.      Ukuran batas minimum atau maksimum
2.      Ukuran batas rata-rata (avarage)
3.      Kondisi-kondisi yang dikehendaki




BAB II
PEMBAHASAN

22.1  KRITIK INTERPRETIF – EVOKATIF ARSITEKTUR PADA MASJID ROUDHOTUL MUCHLISIN JEMBER


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Masjid Roudhotul Muchlisin berlokasi di  Jl. Gajah Mada No.180, Kaliwates Kidul, Kaliwates, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga menjadi ikon wisata religi kota jember sejak diresmikan pada Mei 2017 lalu. Tidak sedikit pengunjung yang datang hanya untuk mengabadikan keindahan masjid ini. Pengunjung datang dari berbagai wilayah, bahkan beberapa diantaranya berasal dari mancanegara.
Pada awalnya, masjid ini hanya merupakan masjid biasa dan tidak terlalu ramai dikunjungi yang telah ada sejak tahun 1978. Kemudian adanya seorang donatur yang mulai mendanai pembanguan masjid ini pada tahun 2016 hingga akhirnya selesai dan diresmikan pada tahun 2017 silam oleh Ketua MUI K.H Ma’ruf Amin. Sejak saat itu, Masjid Roudhotul Muchlisin ini menjadi masjid kebanggaan Warga Jember dan mejadi ikon wisata realigi.


Sumber : Dokumentasi Pribadi

  
Sumber : Dokumentasi Pribadi

Mengadaptasi dari masjid yang berada di Turki, masjid ini menampilkan kesan megah dan futuristik yang menjadi keunikan tersendiri sehingga menarik perhatian para pengunjung datang. Dindingnya didominasi warna Kuning dan Jingga, pilarnya dihiasi ornament layaknya istana menjadi ciri khas masjid tersebut. Selain itu, juga terdapat  air mancur berhiaskan lampu warna-warni di depan pintu masuk masjid. Jika malam hari, masjid ini semakin menunjukkan pesonanya. Tak heran jika kemudian banyak pengunjung yang berswafoto di lingkungan masjid dengan luas sekitar 2.000 meter persegi itu.


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kesan megah masjid ini semakin terasa saat berada di bagian dalam, dengan menampilkan dinding dan pilar – pilar yang berhiaskan pola – pola desain yag kental akan budaya islam. Terdapat pula ukiran ayat – ayat Al – Qur’an yang semakin menambah keindahan dan menjadi ciri khas dari masjid tersebut.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Masjid seluas sekitar 2.000 meter persegi ini mampu menampung jamaah lebih dari 1.500 orang per hari. Belum termasuk jamaah yang shalat di teras dan di lantai dua. Jika ditotal mampu mencapai 2.500 jamaah. Banyaknya musafir yang menjadikan masjid ini sebagai penginapan, sehingga timbul gagasan untuk membuat sebuah menara sebagai penginapan sekaligus perpustakaan.
Masjid ini menjadikan kaligrafi sebagai seni utama untuk menghias dan menghidupkan suasana pada masjid. Dengan banyaknya ukiran kaligrafi hampir di seluruh bagian masjid, masjid ini dilengkapi dengan pencahayaan yang baik sehingga dapat menampilkan sisi keindahan dari masjid tersebut.

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Sumber : Dokumentasi Pribadi


Sumber : Dokumentasi Pribadi

Kaligrafi yang ditampilkan pun bukan kaligrafi biasa, desain kaligrafi pada bagian depan bangunan merupakan Q.S Ar – Rahman dan Q.S Al – Wakiah, kemudian terdapat pula kaligrafi surah – surah pendek Al-Qur’an pada seluruh bagian masjid, dimana yang jika ditotal ada sekitar 1.000 m² luas bagian masjid yang berisikan kaligrafi.
Masjid ini memiliki dua lantai, yang di mana lantai dua merupakan area khusus untuk jamaah perempuan. Dari lantai kedua, ornament masjid dapat terlihat dengan jelas. Untuk mencapai ke area lantai dua, sirkulasi yang digunakan berupa tangga melingkar yang ada di kedua sisi bagian dalam masjid. Pada lantai dua, tidak terdapat kaca atau dinding pembatas antara bagian dalam masjid dengan balkon, sehingga masjid ini memberi kesan lebih luas dan terbuka.


Sumber : Dokumentasi Pribadi


Sumber : Dokumentasi Pribadi






BAB III
KESIMPULAN

Masjid Roudhotul Muchlisin berlokasi di  Jl. Gajah Mada No.180, Kaliwates Kidul, Kaliwates, Kec. Kaliwates, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Selain menjadi tempat ibadah, masjid ini juga menjadi ikon wisata religi kota jember sejak diresmikan pada Mei 2017 lalu. Masjid ini Sudah ada sejak tahun 1978 yang kemudian melakukan tahapan renovasi yag kemudian di resmikan pada tahun 2017 silam.
Masjid ini mengadaptasikan desain dari masjid yang berada di Turki, masjid ini menampilkan kesan megah dan futuristik yang menjadi keunikan tersendiri sehingga menarik perhatian para pengunjung datang. Dindingnya didominasi warna Kuning dan Jingga, pilarnya dihiasi ornament layaknya istana menjadi ciri khas masjid tersebut. Selain itu, juga terdapat  air mancur berhiaskan lampu warna-warni di depan pintu masuk masjid.
Masjid seluas sekitar 2.000 meter persegi ini mampu menampung jamaah lebih dari 1.500 orang per hari. Masjid ini menjadikan kaligrafi sebagai seni utama untuk menghias dan menghidupkan suasana pada masjid. Dengan banyaknya ukiran kaligrafi hampir di seluruh bagian masjid, masjid ini dilengkapi dengan pencahayaan yang baik sehingga dapat menampilkan sisi keindahan dari masjid tersebut.







DAFTAR PUSTAKA

URL :

Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN

ARSITEKTUR LINGKUNGAN

KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR