OBSERVASI KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR (2121 DESIGN SIGHT)





Pada kesempatan kali ini, saya akan menceritakan kembali mengenai bagaimana proses pengambilan,pengumpulan, dan penyusunan data untuk pengamatan bangunan 2121 Design Sight di Jepang yang dilakukan pada tanggal 9 – 14 maret 2019 lalu.

Dimulai dari pembagian kelompok, dalam satu kelas dibagi menjadi dua kelompok pengamat yaitu, kelompok pengamat 2121 Design Sight dan kelompok pengamat Ueno Park. Saya dan anggota kelompok saya yang lain mendapatkan tugas untuk mengamati bangunan 2121 Design Sight.




Di dalam satu kelompok dibagi menjadi beberapa tugas pembagian seperti tim research, creative, penyusun naskah, cameraman, narator, sutradara (director), dan juga produser. Dan saya menjadi salah satu dari tim research yang di mana mencari data – data tentang bangunan 2121 Design Sight sebelum akhirnya benar – benar menuju bangunan tersebut.  Selama proses pengumpulan data dan penyusunan story board, kami juga melakukan diskusi bersama dosen pembimbing kami untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan film pengamatan yang baik dan benar, melakukan asistensi terhadap apa yang telah kami kerjakan, dan memperbaiki kesalahan demi mendapatkan hasil yang maksimal.

Malam sebelum hari pengamatan tiba, saya terlebih dahulu membaca buku pedoman yang diberikan oleh kampus untuk mengetahui apa saja data yang tidak saya ketahui dan hal – hal lain yang mungkin akan saya tanyakan kepada tour guide kami pada saat pengamatan nanti. Kami kembali berkumpul untuk  melakukan pengaturan ulang setiap kamera agar memiliki resolusi yang sama pada saat proses editing nanti, kami juga berdiskusi tentang titik – titik mana saja yang akan menjadi bagian pengamatan, membagi setiap titik dengan satu orang cameraman dan satu orang pendamping agar dapat saling memperhatikan setiap detail dan objek yang diamati.




Pada saat hari pengamatan, saya mendapatkan tugas baru yaitu untuk bertanya – tanya informasi lebih mengenai 2121 Design Sight yang mungkin tidak di dapatkan melalui internet dan buku pedoman kepada tour guide kami. Ketika turun dari bus, kami berkumpul untuk saling mengingatkan tugas masing – masing dan menentukan titik akhir berkumpul nanti setelah pengamatan.

Ketika anggota yang lain berpencar menuju masing – masing titik pengamatan, saya dan beberapa teman saya bertugas untuk mengikuti dan bertanya kepada tour guide kami. Kami berjalan mengelilingi bangunan tetapi sangat disayangkan kami tidak dapat masuk ke dalam bangunan dikarenakan sedang ada persiapan untuk pergelaran pameran untuk beberapa hari ke depan.




Dapat diketahui bahwa, 2121 Design Sight bertempat di Ropponggi, Minato, Tokyo, Jepang. Bangunan ini merupakan bangunan museum sekaligus galeri yang dirancang oleh arsitek Tadao Ando dan perancang busana Issey Miyake, sebuah tempat yang menumbuhkan minat public dalam desain dengan membangkitkan sudut pandang dan perspektif yang berbeda tentang bagaimana kita dapat melihat dunia dan benda – benda di sekitar kita.  Bangunan ini berada di tepi area taman dan memiliki ruang lantai 1.700 meter persegi, termasuk dua galeri dan sebuah kafe .  Struktur beton split-level mencakup atap baja berpasir tangan (yang desainnya terinspirasi oleh konsep A-POC (“A Piece Of Cloth”) karya Issey Miyake dan panel kaca panjang 14 meter). Yang di mana bangunan ini jika dilihat dari jauh menyerupai bentuk kerah pada baju sebagaimana desainnya terinspirasi dari konsep A-POC (“A Piece Of Cloth”) karya Issey Miyake, dan menurut keyakinan yang dianut oleh Arsitek Tadao Ando, semua yang ada di dunia ini berasal dari pasir. Pasir merupakan awal dari sebuah kehidupan, semua yang ada di dunia ini akan kembali menjadi pasir pada akhirnya, dan pasir juga dianggap sebagai sumber kehidupan. Maka, bangunan ini juga memiliki desain seperti sebuah tangan yang sedang menahan pasir, namun bangunan ini juga dapat diisyaratkan seperti kedua tangan yang mengadah keatas seperti memohon. Museum di Jepang umumnya juga memiliki galeri, karena jika hanya berdiri sebagai museum akan kurang menarik minat pengunjung, sehingga untuk menarik minat dan jumlah pengunjung sebuah museum juga dilengkapi dengan sebuah galeri.




Setelah proses pengamatan selesai, kami berkumpul kembali di titik akhir pengamatan untuk melakukan sesi foto bersama sebagai sebuah kelompok pengamat, sebelum akhirnya kembali ke bus untuk menuju ke destinasi selanjutnya.

Anggota Kelompok dan Dosen Pembimbing


Setelah hari pengamatan telah terlewati, sekembalinya kami dari Jepang, mulailah proses editing foto dan video. Dikarenakan adanya sebuah kendala, saya ditunjuk menjadi salah satu narator dalam video tersebut. Selama proses editing film, kami juga kembali melakukan diskusi bersama dosen pembimbing kami, guna memenuhi semua kriteria film yang baik dan benar. Proses penulisan ulang naskah dan penyusunan story board pun kami lewati. Tahap demi tahap dikerjakan guna menyelesaikan film pengamatan tepat pada waktunya dan mendapatkan hasil yang maksimal.

Demikian cerita yang dapat saya sampaikan mengenai proses pengamatan 2121 Design Sight hingga proses editing film documenter. Terimakasih telah membaca :)



Komentar

Postingan populer dari blog ini

HUKUM DAN PRANATA PEMBANGUNAN

ARSITEKTUR LINGKUNGAN

KULIAH LAPANGAN ARSITEKTUR